Minggu, 15 Februari 2009

SMPN 1 PADANG

Seorang remaja wanita tanggung berpakaian putih biru tampak seksama memperhatikan coretan kasar yang dipahat di atas marmer pada dinding SMPN 1 Padang, Jalan Sudirman. Sesekali tangannya tampak mengelus pahatan bertahun 1996, keberadaannya tertutup pot bunga yang tumbuh tinggi.
Perlahan, mulutnya mulai mengeja dan melafaskan setiap kata yang tergores di atas marmer putih. “Di gedung ini pernah bersekolah beberapa tokoh nasional, antara lain Dr H M.Hatta” begitulah sederet tulisan yang sempat terbaca oleh siswa yang baru menduduki bangku kelas satu SMP itu. Anak lelaki itu hanya mengangguk, lalu berlalu pergi memasuki pelataran sekolah berpagar rumpun bambu. Dia tak tertarik dengan tulisan penuh sejarah tersebut.

Padahal dari tulisan itu kalau SMPN 1 bukan sekolah sembarangan. Bangunan berarsitekstur kuno dan mempunyai 20 ruangan tersebut tersimpan catatan panjang perjalanan mantan Prasiden Indonesia pertama, Dr H Moh Hatta dalam menuntut ilmu. Sejak bersekolah di sanalah Hatta aktif bergerak di bidang organisasi, antara lain sebagai bendahara Jong Sumatranen Bond cabang Padang.

Jika menyelam ke masa lampau, SMPN itu dulunya adalah tempat Bung Hatta menuntut ilmu (1916-1919). Tiga tahun sudah Hatta ditempa berbagai pembelajaran di sana. Awalnya, Hatta yang lahir dari keluarga ulama Minang, mengenyam pendidikan dasar di Sekolah Melayu, Bukittinggi, dan kemudian pada tahun 1913-1916 melanjutkan studinya ke Europeesche Lagere School (ELS) di Padang (belakang tangsi).

Saat usia 13 tahun, sebenarnya beliau telah lulus ujian masuk ke HBS (setingkat SMA) di Batavia (kini Jakarta), namun ayahnya H. M Jamil menginginkan Hatta agar tetap di Padang dahulu, mengingat usianya yang masih muda. Akhirnya jadilah Bung Hatta melanjutkan studi ke Meer Uirgebreid Lagere School (MULO) yng sekarang dikenal dengan nama SMPN 1 Kota Padang. Nama bangunan itupun sudah beberapa kali bertukar, pada masa diduduki jepang sekolah bertaraf Internasional itu bernama Tyu-Gakku.

Ruangan paling ujung di sebelah kiri, disitulah tempat Hatta menuntut ilmu. Bangunan berwarna luar kuning itu berlantai keramik coklat yang di impor dari belanda. Walaupun sudah berusia sekitar satu abad, namun keramik tersebut tampak masih mengkilap, apalagi jika dibersihkan pakai minyak tanah. Sedangkan ruangan dalam, di-cat biru yang dipadukan dengan putih, khas warna sekolah lanjutan pertama.

Mempunyai dua jendela besar berukiran, ruangan itu terasa sangat adem, siklus angin yang mengalir sepoi-sepoi dari jendela membuat konsentrasi belajar semakin menggebu. ruangannya tak terlalu lebar, hanya sekitar 7x8 meter. Jarak lantai dan dinding sekitar 6 meter. Dua lampu pijar tampak mengantung pada besi yang menjulur dari atas loteng kayu berwarna coklat.

Sebuah papan tulis berwarna hitam yang terpampang di depan kelas tampak kontras dengan warna biru dinding ruangan yang sekarang dijadikan kelas 9A (kelas tiga). Itulah ruangan Hatta menuntut ilmu, bangunan sederhana yang tetap dilestariakan keasliannya sebagai bangunan cagar budaya Kota padang, sesuai dengan Undang-undang nomor 5 tahun 1992 serta ketetapan Walikota Padang nomor 3 tahun 1998.

Menurut keterangan Kepala Sekolah SMPN 1, Drs Ahmad Nurben yang mendapat cerita kalau waktu sekolah di MULO, Hatta selalu memilih duduk paling pojok sebelah kiri paling belakang. Itu semua karena dia merasa lebih menyerap pelajaran kalau duduk paling belakang. “Menurut orang-orang, dulunya Hatta memilih duduk di belakang, paling pojok sebelah kanan,”ulas sang Kepsek.

Selanjutnya, Ahmad Nurben mengungkapkan, walaupun SMPN 1 sudah termasuk bangunan uzur namun dindingnya sangat kokoh. Bahkan ketika gempa, getaran yang dihasilkan tak mampu meretakkan bangunan. “Bangunan ini memang sudah sangat tua, namun masih kokoh, ketika gempa menghoyak dan bangunan lain banyak yang roboh, SMPN 1 tetap tegak,”terang Ahmad Nurben.

Hatta sendiri, setelah tamat dari MULO, akhirnya pada tahun 1919 beliau pergi ke Batavia untuk studi di HBS. Beliau menyelesaikan studinya dengan hasil sangat baik, dan pada tahun 1921, Bung Hatta pergi ke Rotterdam, Belanda untuk belajar ilmu perdagangan/bisnis di Nederland Handelshogeschool (bahasa inggris: Rotterdam School of Commerce, kini menjadi Erasmus Universiteit). Di Belanda, ia kemudian tinggal selama 11 tahun sebelum pulang ke Indonesia untuk ikut berjuang memerdekakan bangsa ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar ditunggu :)